BIOMONITORING SITUS PURBAKALA, GUA PAWON - FORMASI KARST CITATAH KAB. BANDUNG BARAT, JAWA BARAT; MINGGU 25 SEPTEMBER 2011
Aktifitas pertambangan kapur di kawasan
formasi karst Citatah, Padalarang menjadi menarik untuk diperhatikan
ketika aktiftas tersebut mengabaikan dampak lingkungan. Selain dampak sosial,
keberlangsungan ekosistem pun menjadi salah satu yang berperan dalam
keberlanjutan aktifitas pertambangan di area tersebut. Divisi Keprofesian dan
Inovasi HIMASITH Nymphaea ITB mencoba untuk mengekplorasi dampak lingkungan
yang disebabkan dari aktifitas tersebut. Dimulai dari biomonitoring area, Gua
Pawon akan menjadi pembanding untuk daerah karst yang terkena dampak dari
kegiatan pertambangan. Hal yang diamati kali ini adalah persebaran mikroba
lokal, aktifitas populasi kelelawar, biodiversitas vegetasi, burung, dan ikan.
Melihat potensi di daerah tersebut, aktifitas pariwisata dan pertanian dapat
dikembangkan dan menjadi sandaran utama untuk kegiatan perekonomian di daerah
tersebut. Semoga kegiatan ini menjadi bagian dari kepedulian dan kontribusi
kami terhadap gejolak permasalahan di masyarakat serta menjadi solusi untuk
ke depan yang lebih baik. Salam dan Jayalah Keprofesian Nymphaea!!
- Adeline P (Bio’08) - Gita S N (Bio’08)
- M Ridwan R (Mikro’08) - Adrian D (Bio’10)
- Rinda K P (Bio’08) - Fathya H (Bio’08)
- Tri Anisa S (Bio’09) - Pradnya P (Mikro’10)
- Danni G H (Bio’08) - Kresna B A
(PN’08) - Ani Nuraini (Bio’10)
_______________________________________________________________________
Pengamatan perilaku dan Anatomi Eonycteris
spelaea (Koord: Gita Salmah Bio’08)
Kelelawar merupakan mamalia terbang yang
memiliki peran ekologis penting sebagai pemencar biji buah-buahan seperti jambu
biji, jambu air, kersen, sawo; pemakan serangga terutama serangga yang merusak
hasil pertanian; serta berperan membantu penyerbukan bunga dari tanaman buah
bernilai ekonomis tinggi seperti durian, mangga, kapuk randu, maupun petai.
Meskipun demikian kelelawar merupakan salah satu hewan yang masih kurang
diperhatikan dalam upaya konservasi karena rendahnya pengetahuan masyarakat
akan arti penting kelelawar dalam rangkaian mata rantai ekologi. Salah satu
contoh minimnya perhatian terhadap upaya konservasi kelelawar yang paling nyata
adalah keberadaan kelelawar di Gua Pawon kawasan Karts Citatah Bandung Barat.
Tidak banyak masyarakat yang menyadari arti pentingnya keberadaaan kelelawar
ini di Gua Pawon.
Sebagian besar masyarakat malah merasa
jijik dan takut terhadap kelelawar, bahkan kelelawar dianggap sebagai hama yang
merusak tanaman buah dan menyebarkan penyakit sehingga kemudian kelelawar
sering ditangkapi dan sarangnya diganggu dengan tujuan untuk mengusir
kelelawar.
Stigma kelelawar sebagai hama muncul
karena seringkali di kebun warga ditemui buah-buahan seperti mangga maupun
jambu yang rusak akibat digerogoti oleh kelelawar pemakan buah. Masyarakat
kemudian merasa dirugikan oleh perilaku kelelawar ini dan cenderung memasang
perangkap kelelawar untuk menghindarkan kerugian akibat buah-buahan mereka
dimakan kelelawar sebelum dipanen. Padahal jika dilihat dari rasionya, kerugian
ekonomis akibat kelelawar buah jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan manfaat
ekonomis yang diperoleh dari ecosystem services berupa layanan
penyerbukan gratis untuk pohon-pohon buah maupun pemencaran biji buah yang
dilakukan oleh kelelawar.
Pada beberapa tahun terakhir, perburuan
kelelawar yang dianggap sebagai hama perkebunan, penangkapan kelelawar untuk
konsumsi, maupun perusakan habitat kelelawar merupakan penyebab utama turunnya
populasi kelelawar. Minimnya perhatian terhadap upaya konservasi kelelawar
kemudian memunculkan keingintahuan kami untuk meneliti bagaimana kondisi
eksistensi kelelawar saat ini di Gua Pawon. Hal ini terkait dengan tingginya
intensitas gangguan berupa aktivitas penambangan batu kapur hampir di seluruh
kawasan Karst Citatah termasuk di area sekitar Gua Pawon yang merupakan habitat
alamiah kelelawar. Selain akibat gangguan dari aktivitas penambangan,
berkurangnya populasi kelelawar akibat penangkapan dan pembunuhan oleh
masyarakat sekitar Gua Pawon diduga erat sangat terkait dengan minimnya
pengetahuan masyarakat terhadap fungsi berbagai jenis kelelawar di alam. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan
perlunya upaya konservasi terhadap jenis-jenis kelelawar di Gua Pawon kawasan Karst
Citatah. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk turut menjaga kelestarian
kelelawar sangat penting dilakukan. Tanpa keberadaan kelelawar, tumbuhan
seperti pepaya, alpukat, jambu air, jambu biji, durian, cendana, kapuk, dan
berbagai tumbuhan bernilai ekonomis lainnya akan hilang dari pasaran karena
tidak ada kelelawar yang membantu dalam proses penyerbukan atau pemencaran
biji.
Penelitian awal dimulai dengan survei
lokasi Gua Pawon, pengamatan rona lingkungan pengamatan ad-libitum, dan
pengambilan sampel kelelawar untuk diidentifikasi. Berdasarkan hasil
identifikasi yang telah dilakukan, spesimen kelelawar yang ditemukan di Gua
Pawon merupakan spesies Eonycteris spelaea atau lebih dikenal dengan Dawn
Bat. Kelelawar ini memiliki ukuran tubuh kecil dan biasa ditemukan di
gua-gua karst. E. spelaea merupakan jenis kelelawar pemakan nektar yang
ditandai dari lidahnya yang panjang, moncong yang ramping memanjang dan susunan
gigi spesifik kelelawar pemakan nektar. Kelelawar ini memiliki mata besar,
telinga yang sederhana berukuran kecil dengan ujung meruncing tanpa tragus.
Rambut di bagian dorsal berwarna coklat gelap sedangkan di bagian ventral
berwarna coklat lebih terang. E. spelaea dibedakan dari kerabatnya, Rousettus
amplexicaudatus, dari tidak adanya cakar (claw) pada jari tangan
kedua
Pada Gua Pawon, saat pagi hari dilakukan
pengamatan secara ad-libitum kelelawar ini ditemukan tidur menggantung
di langit-langit gua mencengkeram retakan-retakan atap gua ataupun menggantung
pada celah di antara stalagtit secara berkelompok. Berdasarkan hasil estimasi
kasar, diperkirakan terdapat sekitar 30-40 ekor kelelawar dalam satu kelompok.
Belum dapat diketahui secara pasti dampak dari gangguan di sekitar habitat
terhadap populasi E. spelaea. E. spelaea secara luas diketahui
sebagai polinator tumbuhan terutama tanaman ekonomis seperti durian, pisang,
karet, alpukat, dan kapuk. Tentunya kelelawar ini memeiliki potensi besar yang
dapat dikembangkan bagi dunia perkebunan dan pertanian. Perlu dilakukan
analisis lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti jumlah populasi kelelawar
berikut rasio usia dan jenis kelamin. Semua data-data ini diperlukan untuk
menentukan kondisi kelelawar di Gua Pawon dan menentukan upaya konservasi yang
perlu dilakukan. Diharapkan dengan penelitian ini dapat mendorong tumbuhnya
kesadaran dan motivasi masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan kelelawar.
Adanya motivasi untuk menjaga kelestarian kelelawar ini akan berimplikasi pada
kelestarian sumberdaya hayati lainnya dengan demikian keseimbangan ekosistem
makhluk hidup tetap terjaga.
Pengamatan Lokasi Reklamasi Hutan
Lingkungan Karst Citatah (Koord: Adeline Bio’08)
Kawasan karst memiliki bentang alam yang
unik, dicirikan dari kehadiran lerang dan bukit-bukit bebatuan. Kondisi ini,
bersama dengan kondisi mikroklimat, turut berpengaruh terhadap vegetasi yang
ditemukan. Demikian halnya struktur dan komposisi vegetasi kawasan Karst
Citatah yang dicirikan dari pegunungan dan bukit-bukit kapur. Berdasarkan
survey yang dilakukan di sekitar kawasan gua Pawon, diketahui bahwa tutupan
lahan hijau di kawasan tersebut tidak ditemukan dalam bentuk hutan. Sebagian
besar vegetasi didominasi oleh tumbuh-tumbuhan yang membentuk perdu dan semak,
seperti yang dijumpai pada lereng disekeliling kawasan gua. Kehadiran
pohon-pohon besar masih dalam jumlah yang terbatas.
Vegetasi yang ditemukan di sekitar
kawasan karst merupakan vegetasi yang beradaptasi terhadap kadar mineral
kalsium dan magnesium yang tinggi (Irawan,2010), mengingat sebagian besar tanah
di daerah ini adalah tanah kapur (gambar kiri). Secara fisik, tanah kapur
memiliki karakter yang butiran yang padat dan keras sehingga menjadi hambatan
mekanik dalam penetrasi akar. Itulah yang kemungkinan besar menjadi alasan
mengapa pohon-pohon besar sulit tumbuh di kawasan karst.
Selain itu, vegetasi yang dijumpai
merupakan vegetasi yang toleran terhadap kawasan karst yang cenderung kering.
Salah satu karakter karst adalah minim atau tidak adanya kehadiran reservoar
air permukaan (sungai dan danau). Aliran air permukaan tidak secara kontinu
mengalir, melainkan terputus-putus dan akan langsung mengalami infiltrasi atau
mengalir ke area lain yang lebih rendah. Topografi lereng di sekitar gua Pawon
menyebabkan runoff air sehingga ditemukan aliran air yang cenderung
menggenang pada area di bagian bawah lereng. Area ini kemudian digunakan
sebagai area persawahan untuk ditanamai padi.
Kegiatan penambangan, terutama untuk
industri semen dan batu bata juga turut menyumbang kerusakan ekosistem,
terutama jika penambangan dilakukan di area yang dekat dengan gua. Lingkungan
fisik gua menyediakan kemampuan insulasi suhu sehingga banyak biota menjadikan
gua sebagai tempat berlindung. Secara umum, biota yang hidup di gua memiliki
persebaran yang terbatas dan telah teradaptasi dengan baik dengan lingkungan
gua (Irawan,2010). Itulah mengapa biota gua rentan terhadap perubahan. Selain
itu, aktivitas tambang juga turut mencemari kualitas air sehingga lokasi
tambang harus dijauhkan dari lokasi sumber air. Beberapa pertimbangan
dilakukan, misalnya dengan tidak melakukan penambangan dalam radius 45 km bila
di kawasan tersbut terdapat gua yang dihuni kelelawar dan menghindari
penggunaan metode basah (menggunakan banyak air) terutama dalam penambangan dan
industri semen karena cenderung untuk mencemari dan mengurangi ketersediaan air
di area karst (Irawan,2010).
Pengamatan Aktiftas Geomikrobiologi Di
Kawasan Gua Pawon (Koord: Ridwan BM’08)
Karst Citatah merupakan salah satu
ekosistem yang didominasi oleh subsrat batuan gamping dan kapur (CaCO3).
Substrat ini memiliki kecenderungan pH tinggi (basa) dan memiki porositas
substrat yang besar. Keadaan substrat seperti ini cukup ekstrim untuk
pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Hanya beberapa agen biologis perintis yang
mampu hidup di daerah tersebut. Dimungkinkan terbentuknya ekosistem di daerah
tersebut walaupun cukup sederhana.
Terdapat 15 lokasi yang diamati dalam
pengambilan sampel mikrobiologi pada lingkungan Karst Citatah yaitu:
-
Stalaktit mulut gua utama (2 lokasi)
-
Stalaktit mulut gua sekunder
-
Sisi gua utama (3 Lokasi)
-
Sisi gua sekunder
-
Substrat gua utama (3 Lokasi)
-
Substat gua sekunder
-
Tanah Sekitar Gua (4 lokasi)
Dari sampel yang diambil dengan
menggunakan tabung falcon dan sebelum pengerjaan sampel disimpan dalam
lemari pendingin (suhu -4˚C). Dalam kegiatan kali ini jamur dan bakteri
diisolasi dalam medium plate. Medium NB-agar yang dibuat dari ekstrak
daging sapi, putih telur, dan agar; dan dalam medium PDA-agar dibuat
dari ekstrak kentang, asam tartat, dan gula sampel yang telah diambil dilakukan
serial delution 1:100. Sampel yang telah dilarutkan dalam aquades
diinkubasi selama 5 hari dan diamati. Pembuatan medium dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi-1 dan Laboratorium Fitosimbiosis Labtek XI Institut
Teknologi Bandung. Sedangkan inkubasi dilakukan di Himpunan Mahasiswa Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati Nymphaea ITB.
Dari kegiatan kali ini ada 2 agenda
eksplorasi yang dilakukan, yaitu menguji resep medium untuk kultur bakteri dan
jamur (medium alternatif) dan melihat pertumbuhan bakteri dan jamur hasil
isolasi dalam medium alternatif. Dari kegiatan yang dilakukan terlihat bahwa
medium yang dibuat dapat menumbuhkan bakteri dan jamur secara spesifik.
Terlihat dari hasil isolasi yang dilakukan 21 jamur (secara morfologi) dapat
tumbuh pada medium PDA alternatif. Namun untuk bakteri sulit dilakukan karena
belum diamati secara mikroskopik dan uji biokimia. Pertumbuhan mulai tampak
pada hari ketujuh dan didokumentasikan pada minggu ke 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar